Entah berapa kali aku jatuh cinta
Bidadari putih hingga putri bunga
Semuanya memberi warna dalam lika liku
Kali ini saat senyummu merona
Aku tahu itu berbeda
Mungkin aku yang terlalu puitis
Atau memang alam berpihak kepadaku
Jangan bertanya mengapa
Aku tak punya jawabannya
Ku akui aku telah jatuh cinta
Sejak lumpur dan senja menyenandungkan lagu semua
My Poetry
Selasa, 06 November 2018
Menanti
Laut dan pantai
Merindu saat awan membiarkan hujan mengucur
Membasahi tanah yang mendekap memeluk mesra
Seperti angin menyepoi daun
Di sana sawah menguning menari
Menghibur bangau yang sedang marah
Katak selalu saja bersembunyi
Lucu memang
Itulah alam
Aku?
Entahlah
Alam selalu menang dalam pertandingan ini
Mungkin belum saatnya saja
Menanti
Merindu saat awan membiarkan hujan mengucur
Membasahi tanah yang mendekap memeluk mesra
Seperti angin menyepoi daun
Di sana sawah menguning menari
Menghibur bangau yang sedang marah
Katak selalu saja bersembunyi
Lucu memang
Itulah alam
Aku?
Entahlah
Alam selalu menang dalam pertandingan ini
Mungkin belum saatnya saja
Menanti
Kuli
Kuli
Gila
Luka tanah ini menganga
Borok busuk tercium menusuk
Menyebar ke sela-sela dinding
Tapi tak peduli
Biar saja
Ini seperti permainan
Pemenangnya memegang pisau
Menggorok leher sendiri
Bocah bocah menangis
Terlalu dini
menyaksikan bapak ibu dalam serpihan
Cinta hanyalah dongeng
Khayalan para pembual
Candaan para pecandu
Omong kosong belaka
Kami bosan bertanya mengapa
Hanya berharap hujan segera datang..
Itu saja..
Gila
Luka tanah ini menganga
Borok busuk tercium menusuk
Menyebar ke sela-sela dinding
Tapi tak peduli
Biar saja
Ini seperti permainan
Pemenangnya memegang pisau
Menggorok leher sendiri
Bocah bocah menangis
Terlalu dini
menyaksikan bapak ibu dalam serpihan
Cinta hanyalah dongeng
Khayalan para pembual
Candaan para pecandu
Omong kosong belaka
Kami bosan bertanya mengapa
Hanya berharap hujan segera datang..
Itu saja..
Sabtu, 24 Mei 2014
BBM Naik, siapa takut?
BBM Naik, Siapa Takut?
Kenaikan harga BBM yang berdampak pada melonjaknya harga
kebutuhan pokok, rupanya tidak berpengaruh pada harga jual jagung bakar di Kota
Kupang. Berdasarkan hasil wawancara kami dengan 2 orang penjual Jagung bakar di
tempat yang berbeda yaitu Teddys dan Jln. Eltari, Kenaikan BBM beberapa bulan
lalu sama sekali tidak merisaukan para penjualan tersebut.
“Harga tetap sama dari dulu” Kata Rahel yang telah
menggeluti usaha jagung bakar selama 3 tahun terakhir. Begitu pula kata Ima,
wanita paruh baya asal Bena yang mengatakan “Walaupun BBM naik, Harga jagung
tetap sama, ada yang Rp. 5000, ada yang Rp. 7500.”. Ketika ditanyakan pada
kedua penjual tersebut, apa yang dapat membuat harga jagung bakar meningkat,
keduanya memberi jawaban senada yaitu karena adanya ketiadaan produksi jagung
pada saat awal penanaman padi ( Januari–Februari) di Oesao yang merupakan
tempat produksi jagung bagi para penjual jagung bakar di Kota Kupang. Pada saat
ketiadaan produksi jagung, harga jagung dapat melonjak 100% yaitu berkisar
antara Rp. 10.000/ 3 tongol jagung, sedangkan pada saat produksi, harga jagung
adalah Rp. 10.000/ 7-8 tongkol jagung.
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kenaikan BBM sama sekali tak berpengaruh terhadap harga jual Jagung Bakar di
Kota Kupang.
Wisata Kuliner di Kota Kupang dan Persoalannya
Wisata Kuliner
Kota Kupang dan Persoalannya
Oleh: Medes
Lakapu
Setiap kota pasti mempunyai keunikan kulinernya masing-masing.
Kita tentu mengenal Pempek Palembang, Nasi Liwet Solo, Soto Makasar yang
menjadi kekhasan kota-kota tersebut.
Jika anda berkunjung ke Kota Kupang yang terkenal sebagai
“Kota Karang”, pasti anda bertanya tentang kuliner apa saja yang terdapat di
sana kan? Dalam kesempatan ini saya akan berbagi tentang jenis kuliner yang
terdapat di Kota Kupang dan beberapa masalah yang sering dialami oleh para
pengusaha kuliner Kota Kupang.
Salah satu
makanan khas Kota Kupang adalah Se'i atau daging asap
khas Timor yang sudah
terkenal sejak zaman Belanda. Daging yang diproses dengan kayu bakar kusambi ini memiliki rasa
asap yang khas dan sering menjadi buah tangan primadona. Daging Se'i dapat dibeli dalam
bentuk segar di pasar maupun beku di pasar swalayan. Dimana ada Se'i pasti ada sambal
lu´at yang terbuat dari cabai, jeruk nipis, dan daun kemangi.
Ikan bakar seakan- akan telah melekat sebagai kuliner
khas Kota Kupang. Kita dapat menjumpainya hampir di setiap sudut kota. Sangat
pas dinikmati sambil memandang panorama pantai Kupang yang mempesona.
Kuliner khas Kupang yang lainnya adalah Jagung
Bose. Jagung Bose adalah bubur
jagung dengan campuran santan yang diolah dari buah kelapa yang diparut secara
manual (tidak menggunakan santan yang dijual di toko/instan). Waktu yang
diperlukan untuk membuat Jagung Bose cukup lama, namun sangat sederhana proses prengerjaannya.
Bahan-bahannya sangat mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional Kota Kupang.Jagung
bose biasanya disantap dengan daging se´i dan sayur bunga pepaya.
Dari ketiga jenis makanan khas Kota Kupang yang telah
saya sebutkan diatas, umumnya para pengusaha kuliner mengolahnya dengan menggunakan
alat–alat tradisional yang tidak memungkinkan terjadinya produksi secara besar-besaran. Hal ini membuat
ruang lingkup pemasaran terbatas hanya di daerah Kota Kupang, dan berdampak
pada rendahnya pendapatan yang diterima oleh mereka. Hal lain yang kurang
diperhatikan oleh para pengusaha kuliner Kota kupang adalah terbatasnya
inovasi, baik dalam hal produksi dan pemasaran. Biasanya kuliner yang
dihasilkan tidak dapat bertahan lama, pengemasan yang ala kadarnya dan pasar
yang terbatas. Hal ini bermuara pada rendahnya harga jual kepada konsumen.
Para pengusaha kuliner Kota kupang seharusnya lebih
berinovasi dalam hal produksi dan pemasaran seperti penambahan jumlah produksi,
perluasan area pemasaran, pengemasan yang lebih menarik, melakukan promosi, dan
desain tempat usaha yang lebih tertata. Strategi lain yang dapat dilakukan
adalah dengan belajar dari kesuksesan para pengusaha kuliner lain di Indonesia
yang produknya telah mendunia seperti Masakan Padang dan Sate Bali. Dengan
demikian diharapkan Kuliner khas Kota Kupang dapat dikenal secara luas oleh
masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Saya percaya bahwa jika terus dikelola dengan
inovasi-inovasi kreatif, maka usaha kuliner Kota Kupang akan terus berkembang
dan lebih menguntungkan.
Minggu, 29 September 2013
proposal penelitian
FAKULTAS PETERNAKAN SEMINAR : PROPOSAL
UNIVERSITAS NUSA CENDANA HARI :

Analisis Titik Pulang Pokok Dan
Rasio Keuangan Usaha Abon Dan Dendeng Pada Agroindustri Daging Sapi Cv Tambers
Kota Kupang
Oleh
Nama : Arkhimedes E. Lakapu
Nim : 0905031986
Ir.
Agus A. Nalle, Msi*) Solvi M. Makandolu, Spt **)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan daging sebagai salah satu sumber protein
hewani terus meningkat seiring dengan meningkatnya laju populasi penduduk
sekitar 1,5% per tahun. Selain itu, dengan semakin meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya bahan makanan bergizi maka tidak cukup
hanya dari segi kuantitas saja yang menjadi tolak ukur, namun daging
berkualitas juga menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen. Hal ini dapat
menjadi perhatian bagi sektor peternakan dalam penyediaannya.
Agroindustri
merupakan salah satu sub sistem agribisnis yang mengolah bahan baku yang
berasal dari tumbuhan dan hewan dengan berbagai bentuk dan perlakuan fisik dan
kimia, penyimpanan, pengawasan, sampai pemasaran yang berdampak langsung pada
peningkatan nilai tambah, kualitas hasil, penciptaan tenaga kerja, dan peningkatan
produksi. Oleh karena itu, agroindustri memiliki peluang besar untuk terus
berkembang karena potensinya cukup besar, dan belum terlalu ketatnya pasar bagi
produk di sektor ini.
Industri
rumah tangga adalah bagian dari industri kecil yang diusahakan terutama untuk
menambah pendapatan keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan
industri rumah tangga berdasarkan modal yang dimiliki oleh perusahaan kurang
dari Rp.500.000.000/ tahun dengan jumlah pekerja 1 – 4 orang (Disperindag Kota
Kupang, 2008).
Usaha
industri rumah tangga tersebut didukung oleh potensi daerah NTT yang dikenal
sebagai penghasil ternak sapi. Produksi ternak sapi di NTT terus meningkat
setiap tahunnya. Jumlah ternak sapi tahun 2009 sebanyak 577.552 ekor, tahun
2010 sebanyak 599.279 ekor, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 778.663
ekor (Dinas peternakan NTT, 2011).
Daging
sapi segar mempunyai kandungan gizi yang cukup baik dibanding dengan daging
lainnya. Jika daging sapi tersebut diolah menjadi dendeng maupun abon sapi,
maka kalori produk menjadi lebih dari dua kali lipat dibanding dengan sapi
segar (Soeparno, 2005). Selain itu terjadi peningkatan kadar protein dan
karbohidrat (per berat basah) sejalan dengan menurunkannya kandungan air.
Disamping itu juga terjadi peningkatan kadar kalium (K), fosfor (P), serta zat
besi (Fe), sedangkan vitamin A menjadi rusak total (Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI, 1981).
Tujuan
suatu perusahaan pada umumnya adalah untuk mencari laba secara maksimal. Dengan
demikian, maka pencapaian laba secara maksimal menjadi salah satu ukuran
keberhasilan kinerja keuangan perusahaan.
Apabila
pendapatan dari hasil penjualan hanya dapat menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Sebaliknya,
apabila pendapatan melebihi biaya variabel dan biaya tetap, maka perusahaan
akan memperoleh laba. Sedangkan keadaan dimana pendapatan tepat menutupi biaya
variabel dan biaya tetap, maka kondisi demikian disebut sebagai “ pulang pokok”
atau titik pulang pokok (Break even
Point/ BEP).
Analisis
Rasio Keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen lain dalam satu laporan keuangan atau
antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode (Kasmir, 2008). Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan
peluang di masa yang akan datang.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Analisis Titik Pulang
Pokok Dan Rasio Keuangan Usaha Abon Dan Dendeng Pada Agroindustri Daging Sapi CV. TAMBERS Kota Kupang “
Rumusan
Masalah
Masalah
yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :
1. Berapa
besar pendapatan usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di CV.TAMBERS?
2. Apakah
Agroindustri tersebut layak secara finansial?
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Besar
nilai titik pulang pokok usaha agroindustri abon dan dendeng sapi di CV.
TAMBERS.
2. Rasio
keuangan usaha agroindustri abon dan dendeng di CV. TAMBERS.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian
ini adalah sebagai informasi bagi :
1. Pelaku usaha agroindustri dalam menjalankan dan
menjaga keberlanjutan usahanya.
2. Pemerintah,sebagai informasi dalam rangka
pengambilan kebijakan di bidang agroindustri peternakan.
3. Pengembangan IPTEKS di bidang agroindustri
peternakan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Agribisnis dan Agroindustri
Agrobisnis
merupakan suatu kegiatan pertanian secara meyeluruh yang meliputi kegiatan
produksi, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi (pemasaran) produk – produk
primer dan hasil olahannya (Sutawi, 2007). Pada prinsipnya agribisnis merupakan
suatu sistem yang mencakup empat sub sistem sarana produksi (agroindustri
hulu), sub sistem produksi atau usaha budidaya, sub sistem pengolahan,
manufktur, penyimpanan, dan distribusi atau pemasaran (agroindustri hilir),
serta sub sistem lembaga dan jasa penunjang.
Usaha
peternakan merupakan salah satu bentuk dari agribisnis. Saragih dan
Krisnamurthi (1998) menyatakan bahwa agribisnis peternakan merupakan suatu
sistem yang mencakup sub sistem hulu peternakan (agroindustri hulu/up stream agribusiness), sub sistem
produksi hilir peternakan (agroindustri hilir/down strem agribusiness), serta sub sistem lembaga dan jasa
penunjang (Supporting service
institutions). Sumber tersebut menegaskan pula bahwa untuk mendorong
perkembangan dan kemajuan peternakan, maka seluruh sub sistem harus bekerja
sama dan saling menunjang satu sama lain. Hal ini perlu dilakukan karena
keberadaan salah satu sub sistem agribisnis akan mendukung timbulnya kegiatan
pada sub sistem lainnya.
Pengertian
Agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan
yang memproses bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang
dihasilkan oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengolahan dan
pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan
distribusi.
Agroindustri
adalah suatu industri yang mentransformasikan hasil pertanian (dalam arti luas)
menjadi produk industri dalam rangka meningkatkan nilai tambahnya; dengan
demikian merupakan suatu sistem terintegrasi yang melibatkan sumberdaya hasil
pertanian, manusia, ilmu dan teknologi, uang, dan informasi.
Agroindustri Peternakan
Agroindustri
peternakan adalah suatu industri yang mentransformasikan hasil – hasil
peternakan menjadi produk makanan, dan produk – produk lain yang menambah
kegunaan dari bahan baku asal ternak `seperti daging, kulit, bulu dan lain –
lain.
Daging Sapi
Daging
sapi adalah urat daging yang melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari
bagian bibir, hidung dan telinga yang berasal dari sapi yang sehat sewaktu
dipotong (Standar Nasional Indonesia, 1995). Demikian halnya dengan Soeparno
(2005) yang mendefinisikan daging sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta
tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsi atau memakannya.
Organ-organ seperti hati, ginjal, otak, paru-paru, jantung, limpa, pankreas,
dan jaringan otot lainnya termasuk dalam definisi daging. Lawrie (2003)
menyatakan bahwa komposisi daging terdiri atas 75% air, 19% protein, 3,5%
substansi non protein yang larut, dan 2,5% lemak. Substansi non protein yang
larut terdiri dari karbohidrat, vitamin dan mineral dalam daging. Protein
memiliki fungsi untuk memperbaiki dan membantu pertumbuhan struktur jaringan
dan jaringan aktif yang ada didalam tubuh.
Abon
Abon
merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,
ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari
seratnya. Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam
SNI 01-3707-1995 disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk
khas, dibuat dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon
sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal masyarakat.
Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon merupakan produk
nomor empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan ringan atau lauk yang
siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon
dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik
kering, renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan
abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al, 2007).
Dendeng
Dendeng adalah produk tradisional dari
Indonesia dan dari negara-negara seluruh Asia Tenggara. Dendeng dapat dibuat
dari daging sapi, ayam, babi atau kambing, tetapi yang paling banyak dijumpai
di pasar-pasar di Indonesia adalah dendeng sapi (Buckle et al., 1985). Definisi
dendeng sapi menurut Standar Nasional Indonesia 01-2908-1992 adalah produk
makanan berbentuk lempengan yang terbuat dari irisan atau gilingan daging sapi
segar yang berasal dari sapi sehat yang telah diberi bumbu dan dikeringkan.
Dendeng
sapi dapat disajikan dalam dua bentuk yaitu dendeng sapi irisan dan dendeng
sapi giling. Dendeng merupakan salah satu produk daging kering yang memiliki
masa simpan lebih dari 6 bulan dengan kadar air kira-kira 15% sampai 20% dan pH
4,5-5,1. Warna dendeng yang coklat kehitaman disebabkan oleh reaksi pencoklatan
selama proses pemanasan. Reaksi tersebut dapat menimbulkan rasa atau flavor
yang pahit (Soeparno, 2000).
Pendapatan
Pendapatan
merupakan suatu tujuan utama dari perusahaan karena dengan adanya pendapatan
maka operasional perusahaan kedepan akan berjalan dengan baik atau dengan kata
lain bahwa pendapatan merupakan suatu alat untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Winardi (1992). mengemukakan pengertian pendapatan adalah sebagai
saluran penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun
dari hasil sendiri yang dimulai dengan sejumlah uang atau jasa atas dasar harga
yang berlaku pada saat itu. Selanjutnya pendapatan dapat dibedakan antara lain:
1.
Sektor pekerja pokok yaitu yang menjadi
sumber utama kehidupan keluarga.
2.
Sektor pekerjaan sampingan. yaitu pekerjaan yang hasilnya dipakai sebagai
penunjang untuk mencukupi kebutuhan hidup suatu keluarga.
3.
Sektor subsistem yaitu sumber pendapatan yang sering diartikan sebagai
pekerjaan yang menghasilkan sesuatu untuk dikonsumsi sendiri.
Mubyarto
(1994) menyatakan bahwa pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan
kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan sebagai
balas jasa dari penyerahan prestasi tersebut untuk mempertahankan hidupnya.
Hendrikson (1999) mengatakan bahwa pendapatan adalah merupakan arus masuk
aktiva atau pasiva bersih ke dalam usaha sebagai hasil penjualan barang atau
jasa.
Supriyono
(1999) pendapatan perkapita rata-rata masyarakat kita sampai saat ini masih
tergolong rendah sehingga hampir seluruh pendapatan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Jumlah pendapatan seseorang yang diperoleh
sehari-hari sangat tergantung dari jenis pekerjaan itu sendiri dan tingkat
pendidikannya juga.
Membahas
dan membicarakan masalah pendapatan pemikiran orang selalu tertuju pada nilai
uang yang diterima oleh seseorang bahkan masih banyak pengertian lain yang
timbul dalam diri seseorang. Pengertian pendapatan yang dimaksud adalah semua
barang-barang dan jasa jasa serta uang yang diterima baik secara individu
maupun golongan masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Tinggi rendahnya
pendapatan seseorang sangat tergantung pada ketrampilan, keahlian, luasnya
kesempatan kerja dan besarnya modal yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan tersebut dalam suatu periode tertentu yang juga sering disebut
dengan investasi, jadi jika investasi besar maka pendapatan mereka juga akan
bertambah.
Secara
harfiah pendapatan dapat diartikan sebagai hasil kerja atau usaha yang
dilakukan oleh seseorang. Para ahli juga memberikan batasan-batasan akhir dari
pendapatan yang cukup berbeda-beda menurut disiplin ilmu yang mereka miliki.
Namun tujuan akhir dari arti pendapatan yang mereka berikan mempunyai prinsip
dan pandangan yang sama.
Biaya
Biaya
merupakan nilai dari semua masukan ekonomis yang diperlukan, yang dapat
diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Biaya dalam
proses produksi berdasarkan jangka waktu dapat dibedakan menjadi dua yaitu
biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek berkaitan
dengan penggunaan biaya dalam waktu atau situasi yang tidak lama, jumlah
masukan (input) faktor produksi tidak sama, dapat berubah-ubah. Namun
demikian biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan adanya biaya tetap
dan biaya variable, sedangkan dalam jangka panjang semua faktor produksi adalah
biaya variabel (lipsey et al., 1990). Menurut Gasperz (1999) pada
dasarnya yang diperhitungkan dalam jangka pendek adalah biaya tetap (fixed
costs) dan biaya variabel (variable costs).
a.
Biaya tetap (fixed costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran input- input tetap dalam proses produksi jangka pendek. Perlu
dicatat bahwa penggunaan input tetap tidak tergantung pada kuantitas output
yang diproduksi. Dalam jangka panjang yang termasuk biaya tetap adalah biaya
untuk membeli mesin dan peralatan, pembayaran upah dan gaji tetap untuk tenaga
kerja.
b.
Biaya variabel (variable costs) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran input–input variabel dalam proses produksi jangka pendek perlu
diketahui yang bahwa penggunaan input variabel tergantung pada kuantitas output
yang di produksi dimana semakin besar kuantitas output yang diproduksi, pada
umumnya semakin besar pula biaya variabel yang digunakan. Dalam jangka panjang,
yang termasuk biaya variabel adalah biaya atau upah tenaga kerja langsung,
biaya bahan penolong dan lain – lain sebagainya.
Penerimaan
Menurut
Soekartawi (1995), Penerimaan adalah perkalian antara output yang dihasilkan
dengan harga jual. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR
= Q x P
Dimana
:
TR
= Penerimaan total (total revenue)
Q
= Jumlah produk yang dihasilkan (quantity)
P
= Harga (price)
Semakin
banyak produk yang dihasilkan maka semakin tinggi harga per unit produk
bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar.Sebaliknya
jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total
yang diterima oleh produsen semakin kecil. Penerimaan total yang dikeluarkan
akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakan keuntungan yang diperoleh
produsen.
Keuntungan
Keuntungan
atau laba pengusaha adalah penghasilan bersih yang diterima oleh pengusaha,
sesudah dikurangi dengan biaya- biaya produksi, atau dengan kata lain, laba
pengusaha adalah selisih antara penghasilan kotor dan biaya – biaya produksi.
Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang
diterima produsen dari penjualan produksi keripik ubikayu dari sumber yang
digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biaya lebih besar dari pada
penerimaan berarti labanya negatif, situasi seperti disebut rugi (Lipsey et
al, 1990).
Sebuah
perusahaan yang memaksimumkan laba ekonomi yang maksimum, yaitu perusahaan
berusaha untuk membuat selisih antara penerimaan total dengan biaya ekonomi
sebesar mungkin (Nicholson, 1992).
Titik pulang Pokok ( Break even Point)
Apabila
pendapatan dari hasil penjualan hanya dapat menutupi biaya variabel dan
sebagian biaya tetap, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Sebaliknya,
apabila pendapatan melebihi biaya variabel dan biaya tetap, maka perusahaan
akan memperoleh laba. Sedangkan keadaan dimana pendapatan tepat menutupi biaya
variabel dan biaya tetap, maka kondisi demikian disebut sebagai “ pulang pokok”
atau titik pulang pokok (Break even
Point/ BEP).
Analisis Pulang Pokok
Alat
yang dapat membantu dalam merencanakan laba perusahaan adalah “analisis pulang
pokok” ( Break Even Point Analysis/ Cost
Volume Profit Analysis)
Manfaaat
dari Analisis pulang pokok adalah
a. Menunjukan
hubungan antara penjualan, biaya produksi dan laba.
b. Menunjukan
pengaruh perubahan penjualan atas laba.
c. Membuat
proyeksi akibat peubahan biaya atas laba
d. Membuat
prediksi perubahan penjualan biaya atas laba.
Ada
beberapa asumsi yang digunakan dalam menghitung/ menganalisis Break even ini
yaitu :
· Biaya
yang terjadi dalam suatu perusahaan harus
digolongkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel
· Harga
jual per unit konstan selama periode analisis
· Jumlah
produk yang diproduksi selalu habis terjual
· Perusahaan
menjual dan membuat satu jenis produk. Bila perusahaan membuat atau menjual
lebih dari satu jenis produk, maka produk – produk itu harus dianggap sebagai satu jenis produk
dengan campuran yang selalu tetap.
Analisis rasio keuangan
Analisis
rasio digunakan untuk mengukur likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan
produktivitas.
Rasio likuiditas
Likuiditas suatu perusahaan merupakan
kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang – hutang atau kewajiban
jangka pendek (maksimal satu tahun) yang jatuh tempo dengan sejumlah aktiva
lancar dengan hutang lancar yang dimilikinya
Rasio solvabilitas
Ratio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dibiayai dengan utang. Ratio solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang (Kasmir,2008). Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.
Rasio
Rentabilitas
Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas dipergunakan
berhubungan dengan penilaian terahadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan
laba. Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas atau rentabilitas
suatu perusahaan yang masing – masing dihubungkan dengan total aktiva, modal
sendiri maupun nilai penjualan yang dicapai.
Return on investment
Return on Investment adalah analisis untuk mengetahui
keuntungan usaha berkaitan dengan modal yang telah dikeluarkan (Juanda dan Cahyono,
2005).
ROI = x 100%
Penggunaan Return on Investment mempunyai
tujuan untuk mengetahui prestasi perusahaan sekaligus prestasi manajer dan untuk mengetahui
hasil kinerja apakah kinerja keuangan perusahaan dinyatakan baik atau
sebaliknya (Mulyadi,
2011).
Payback period
Payback Periode adalah suatu periode yang perlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan procced atau aliran kas netto atau net cash flows (Juanda dan Cahyono, 2005) Dengan demikian
payback periode dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang
diperlukan agar dan yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali
seluruhnya. Proyek dikatakan menguntungkan apabila periode payback lebih pendek
dari yang diisyaratkan (Mulyadi,2011).
Rasio Produktivitas
Rasio
ini biasanya digunakan untuk mengukur efisien tidaknya suatu perusahaan dalam
mengelola dan menggunakan aktiva yang dimiliki.
METODE
PENELITIAN
Kerangka
Pemikiran
Tujuan utama dari suatu agroindustri daging sapi
yang dikembangkan adalah untuk memperoleh keuntungan yang setinggi–tingginya.
Secara ekonomi, dalam prosesnya membutuhkan modal, tenaga kerja dan ketrampilan
dalam pengelolaan usaha tersebut sehingga mendapat hasil yang memuaskan.
Pelaksanaan usaha agroindustri daging sapi harus
pula memperhatikan biaya, dan penerimaan guna menetahui pendapatan dari usaha
tersebut. Semakin besar rasio penerimaan dibanding biaya produksi, maka
pendapatan yang diperoleh semakin besar.
Agroindustri daging sapi merupakan suatu kegiatan
ekonomi, karena berhubungan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi untuk menghasilkan produk, sehingga perlu dilakukan analisis untuk
mengetahui pendapatan dan kelayakan dari usaha tersebut.
Usaha pengolahan abon dan dendeng di Kota Kupang
masih tetap dilaksanakan dan beroperasi hingga sekarang. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa usaha pengolahan abon dan dendeng sapi menguntungkan pengusaha
dan layak dijalankan.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1.
Usaha
agroindustri abon dan dendeng di Kota Kupang menguntungkan pengusaha karena
memiliki pendapatan yang maksimal.
2.
Usaha
agroindustri abon dan dendeng di Kota Kupang layak dijalankan secara finansial
oleh pengusaha.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan di CV.TAMBERS Kota Kupang selama 6 bulan dengan masa
pengambilan data selama 2 bulan.
Metode
Pengambilan Data
Pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan
berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu.
Jenis
dan Sumber Data
1.
Data primer adalah data mentah yang diperoleh langsung dari hasil observasi,
wawancara atau kuesioner.
2.
Data sekunder adalah data hasil olahan yang diperoleh dari instansi terkait dalam
hal ini Dinas Peternakan seperti jumlah konsumsi daging rata – rata masyarakat
Kota Kupang.
Analisis
Data
Analisa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis
data kuantitatif untuk menghitung pulang pokok yaitu :
|
|
=
Atau
BEP (dalam satuan
rupiah) = Biaya Tetap/ Biaya Variabel per satuan/ Harga jual per satuan.
2. Analisis
data kuantitatif yang digunakan dalam mengukur tingkat pendapatan yaitu
analisis Ratio yang dapat digunakan untuk mengukur Likuiditas, Solvabilitas,
Rentabilitas dan aktifitas atau produktifitas.
a. Rasio
Likuiditas
Likuiditas
suatu perusahaan merupakan kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang – hutang atau kewajiban
jangka pendek (maksimal satu tahun) yang jatuh tempo dengan sejumlah aktiva
lancar dengan hutang lancar yang dimilikinya
Untuk menghitung rasio likuiditas, maka
dapat digunakan :
·
Curent Ratio
Rasio
ini disebut juga rasio lancar yang mrupakan rasio yang membandingkan antara
aktiva lancar dengan hutang lancar.
Aktiva lancar x 100%
Curent Ratio = Hutang lancar
·
Acid Test Ratio
Rasio ini disebut juga rasio cepat(
Quick Ratio) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan mengembalikan atau
mengangsur hutang lancar dengan jaminan aktiva tanpa persediaan.
Aktiva Lancar –
Persediaan x 100 %
Acid Test Ratio
= Hutang lancar
Dikeluarkannya persediaan dari komponen
aktiva lancar mengingat persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling
lambat mencair menjadi kas dibandingkan dengan komponen aktiva lancar lainnya.
b.
Rasio Solvabilitas
Rasio
Solvabilitas sering disebut juga Leverage Analysis yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemilik atau perusahaan dengan pembelanjaan dari
kreditur.
Implikasi
dari analisis ini adalah :
·
Makin besar dana yang disediakan oleh
pemilik atau perusahaan, makin besar batas pengamanan (margin of safety) bagi
kreditur.
·
Dengan adanya pinjaman, pemilik atau
perusahaan akan memperoleh manfaat kontrol terhadap perusahaan. Bila hasil
(earning) yang diperoleh dari pinjaman lebih besar dari bunga yang harus
dibayar, maka pengembalian (repayment) akan lancar ( berlipat). Inilah yang
disebut dengan leverage effect dari pembelanjaan pinjaman.
Beberapa rasio Solvabilitas yang dapat
digunakan adalah:
·
Debt Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi
rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan
dalam menghasilkan keuntungan dibanding dengan aktiva yang dimiliki.
Total Hutang x 100 %
Debt Ratio = Total Aktiva
· Debt to Equity Ratio ( DER)
Rasio ini menunjukan hubungan antara jumlah hutang
jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin besar hutang jangka
panjang perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
DER= Hutang
jangka panjang
Modal Sendiri
a. Rasio
Rentabilitas
Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas
dipergunakan berhubungan dengan penilaian terahadap kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba. Terdapat beberapa pengukuran terhadap profitabilitas atau
rentabilitas suatu perusahaan yang masing – masing dihubungkan dengan total
aktiva, modal sendiri maupun nilai penjualan yang dicapai.
· Margin
laba kotor (Gross Profit Margin)
Digunakan
untuk mengukur berapa besar laba kotor yang dihasilkan dibanding dengan total
nilai penjualan bersih perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukan bahwa
perusahaan mampu menekan kenaikan harga pokok penjualan pada presentase di
bawah kenaikan penjualan.
Laba kotor x 100 %
Gross
Profit Margin = Penjualan
· Margin
laba operasi (Operating Profit Margin)
Rasio ini sering disebut sebagai pure profit dalam arti bahwa profit yang
dihasilkan benar – benar murni dari hasil operasi perusahaan sebelum
diperhitungkan dengan kewajiban lainnya seperti bunga, pajak, dan kewajiban
lainnya. Rasio ini untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba operasi dari
sejumlah penjualan yang dicapai.
Laba
Operasi x 100 %
Operating Profit Margin = Penjualan
· Margin laba bersih (Net Profit Margin)
Rasio
ini digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari sejumlah
penjualan tertentu. Rasio ini lebih umum digunakan dibandingkan dengan dua
rasio terdahulu karena laba yang dihasilkan merupakan laba bersih perusahaan.
Laba Bersih x 100 %
Net Profit Margin = Penjualan
· Rasio Return On Investment (ROI)
Laba Bersih Setelah Pajak = 100 %
ROI =
Total Aktiva
DAFTAR PUSTAKA
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan
Ke-Empat. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.
Terjemahan
Bambang S. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Husnan, S.; dan Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Ketiga. Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.
Sutawi. 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan,
UMM Press, Malang.
SNI [Standar Nasional Indonesia]. 1992. SNI
01- 2908-1992, Dendeng Sapi. BSN, Jakarta.
Sianturi,
R. 2000. Kandungan Gizi dan Uji Palatabilitas Abon Daging Sapi dengan Kacang
Tanah (Arachis hypogeae L) Sebagai Bahan Pencampur. Skripsi
Sarjana Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Suryani,
A, Erliza Hambali, Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta
Direktorat
Gizi, Departemen Kesehatan RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhatara
Karya Aksara, Jakarta.
Buckle,
KA, dkk, 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. UI Press,
Jakarta.
Soeparno, 2000. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Winardi. 1992.
Ekonomi Mikro. Bandung: Bandar Maju.
Mubyarto., 1994, Pengantar
Ekonomi Pertanian, Pustaka LP3ES, Jakarta.
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan
Penentuan Harga Pokok. Yogyakarta:
Lipsey, M. W., &
Cullen, F. T. (2007). The Effectiveness of Correctional Rehabilitation: A
Review of Systematic Reviews. Annual Review of Law and Social Science, 3,
297-320.
Gazperz JP. 1992. Analisis Sistem Terapan Berdasarkan
Pendekatan Teknik Industri. Bandung: Tarsito. 295 hlm.
Soekartawi. 1995.
Agribisnis. Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 137 hlm.
Nicholson, W.
(1992). Microeconomics Theory: Basics
Principles and Extensions. (Fifth, Ed.). Dryden Press.
Gittinger , J.P.
1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek
Pertanian. Edisi Kedua.
Universitas
Indonesia. Jakarta.
Keown, A. J., Martin,
J. D., Petty, J. W., & Scott, D. F., Jr. (2001). Foundations of finance: The
logic and practice of financial management (4th ed.). Upper Saddle River, NJ:
Pearson Prentice Hall.
Langganan:
Postingan (Atom)